Jurnal 1
Nama : Alda
Kartika
Judul :
Etika Bisnis Pada Industri Kelapa Sawit Melalui Implementasi Good Corporate
Governance Dan
Corporate Social Responsibility
Isi :
Industri kelapa sawit selalu dihadapkan kepada isu-isu lingkungan yang
menganggap
bahwa
industri ini tidak menjalankan prinsip-prinsip etika bisnis dan bertanggung
jawab atas penggundulan hutan,emisi karbon, dan hilangnya keragaman hayati
sehingga industri kelapa sawit tidak berkelanjutan serta usul untuk
menghentikan atau membatasi semua konversi lahan hutan di masa depan. Mengacu
kepada Pasal 5 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan
Hidup dan No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas khususnya Pasal 74
kewajiban perusahaan untuk melakukan CSR dalam UU, jelas sudah bahwa industri
kelapa sawit sudah menjalankan prinsip-prinsip etika bisnis. Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR)
sebagai perwujudan dari prinsip-prinsip etika bisnis yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan pada industri kelapa sawit yang berkelanjutan diatur di
dalam RSPO dan ISPO.
Jurnal 2
Nama :
Mahendra Adi Nugroho
Judul : Konsep
Teori Dan Tinjauan Kasus Etika Bisnis PT Dirgantara Indonesia (1960 ‐2007)
Isi :
Pada PT Dirgantara Indonesia ditemukan bahwa telah terjadi pelanggaran
etika bisnis
dari
kebijakan yang dilakukan oleh
manajemen PT DI dalam rentang waktu 1995 – 2007. Pelanggaran tersebut diukur
dan dibandingkan berdasarkan konsep ideal penerapan etika bisnis secara
teoretis. Pertama yang diterima perusahaan adalah diungkapnya
penyelewengan anggaran negara oleh BPK pada 20 April 1995. Kedua terjadi ketika
perusahaan memecat dengan tidak hormat Salah satu karyawan pada 15 April 1996,
setahun setelah pengungkapan penyimpangan oleh BPK. Kasus yang melibatkan
pelanggaran konsep etika paling banyak adalah kasus Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) karyawan secara besar besaran. Satu kasus unik yang terjadi pada kasus PT
DI secara keseluruhan adalah kasus pembatalan putusan pailit melalui kasasi MA pada
24 Oktober 2007. Secara keseluruhan, meskipun terdapat berbagai macam
pelanggaran, jika dicermati lebih teliti pada kasus PT DI terdapat suatu moral
motive yang baik. Moral motive tersebut merupakan modal dasar
dalam menyelesaikan permasalahan dilema etis.
Jurnal 3
Nama : Unti
Ludigdo
Judul : Strukturasi
Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik Sebuah Studi Interpretif
Isi :
Terdapat interaksi antara Madia dengan organisasi KAP di satu sisi dan
antara Madia
dan
organisasi KAP dengan lingkungan sosialnya yang lebih luas sekaligus
menunjukkan keharusan untuk memperhatikan konteks sistem sosial ganda dalam
pemahaman strukturasi atas praktik etika. Madia mempunyai daya ubah yang kuat
dalam organisasi, dan secara informal melakukan diseminasi nilai kepada staf-stafnya.
Ini juga terkait dengan keadaan struktural organisasi yang pengelolaannya lebih
bersifat informal. Walaupun demikian sesederhana apapun bentuknya, yang
dipraktikkan Madia dan KAPnya kemudian juga dapat mempengaruhi praktik bisnis
para kliennya. Pemikiran dan tindakan etis Madia (dan kemudian terefleksi dalam
tindakan organisasi KAP) selain muncul dari dimensi internalnya juga
dipengaruhi lingkungan sosial yang lebih luas. Bagaimanapun dalam realitasnya,
keberadaan profesi akuntansi sebagai penyedia jasa sangat dipengaruhi oleh
keberadaan profesi lainnya dalam konteks sosial yang lebih luas seperti saat
ini. Demikian pula yang terdapat pada diri Madia dan KAP Drs. Madia Subakti, di
mana konteks sosial tersebut dapat mempengaruhi preferensi etikanya dalam
pengambilan keputusan profesional.
ANALISIS
Pada
jurnal 1 dengan isu-isu pelanggaran etika bisnis yang diterima industri kelapa
sawit membuat industri tersebut membuktikan dengan telah menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Berbeda dengan kasus pada jurnal 2, PT Dirgantara Indonesia telah banyak
melakukan pelanggan etika bisnis dalam rentan tahun 1995-2007. Tetapi pada
kenyataannya sebagian individu PT Dirganta Indonesia mempunyai moral motive yang
baik. Moral motive tersebut merupakan modal dasar dalam
menyelesaikan permasalahan pelanggaran etis. Moral motive yang dimiliki
individu dapat menjadi motor dalam organisasi untuk mengambil keputusan
etis. Kumpulan individu yang mempunyai moral motive dalam
organisasi dapat mewarnai keputusan organisasi menjadi lebih
etis. Terdapat kesamaan dalam kasus kedua jurnal diatas yaitu sama sama
mempunyai pelanggaran etika bisnis tetapi para perusahaan dapat membuktikan
kelebihannya dengan menerapkan konsep-konsep yang baik dan memiliki individu
yang mempunyai moral motive.
Sedangkan pada jurnal ke-3 tidak terdapat pelanggan etika bisnis sebailknya
diperusahaan tersebut telah diterapkan praktik etika. Perusahaa yang dipimping
dengan pimpinan yang melihat lingkungan sosialnya yang lebih luas sekaligus
menunjukkan keharusan untuk memperhatikan konteks sistem sosial ganda dalam
pemahaman strukturasi atas praktik etika membuat AKP menjadi lebih baik.
Sebenarnya dalam bisnis orang dituntut berani bertaruh, mengambil resiko.
Berspekulasi, berani mengambil langkah-langkah strategis tertentu agar berhasil
dalam bisnisnya. Sebab yang dipertaruhkan dalam bisnis tidak hanya bagaimana
mendapatkan uang dan barang material, tetapi dipertaruhkan pula harga diri
pebisnis tersebut, menjaga nama baik, keluarga, hidup karyawannya dan
masyarakat memiliki hak akan kehidupan social yang baik dan atas lingkungan
hidup yang sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar